Biasa sajalah kawan, datarkan kerut dahimu…
Kau sendiri yang mengatakan politik hanya wasilah
Silat lidah dan retorika tak perlu berpanjangan
Tak perlu drama dan silang sengketa
Kau inginkan Negeri ini seperti apa ?
Saat di pimpin politisi, kau bilang bisa jadi sarang korupsi
Saat di pimpin pengusaha, kau bilang negeri jadi lumbung dosa
Saat di pimpin ulama, kau bilang agama tergadai jadi tak berharga
Lalu, Kau inginkan di pimpin siapa ?
Kau khotbahkan bahwa,
Pemimpin harus cerdas, tangkas, jujur dan sholeh….
Nyatanya, tokoh idolamu dulu yang tampak cerdas dan tangkas tak lagi jujur saat menjabat….
Nyatanya, tokoh panutanmu dulu yang jujur dan sholeh tak seperti harapanmu, benar pudar dengan berjalannya waktu….
Ataukah seperti banyak akademisi, yang melangit saat berargumentasi, nyatanya masuk bui saat jadi praktisi…
Nyatanya, pemimpin ‘harus’ dalam katamu, hanya ‘ada’ dalam mimpimu
Santai dulu saja kawanku, hilangkan urat tegangmu….
Siapa lagi tokoh impianmu untuk Negeri ini,
Sebutkan saja semuanya….
Ternyata, yang kau dukung itu, hanya karena mereka sepaham denganmu
Ternyata, yang kau bela itu, hanya karena mereka dari kelompokmu
Nyatanya, semua yang kau unggulkan hanya karena sesuai inginmu
Maka, sungguh kau tidak sedang memilih mereka
Sungguh engkau tidak sedang memilih pemimpin Negeri ini
Engkau sedang memilih dirimu sendiri
Engkau hanya membela dirimu sendiri
Engkau hanya ingin melampiaskan nafsumu sediri
Datar sajalah wahai kawan….
Pemimpin yang ada dihadapanmu adalah cermin dirimu
Tak perlu kau tunjuk wajah mereka dengan amarah
Jelek wajahmu, mengapa cermin kau belah…..?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar