zurich

zurich
Kolateral di tengah kota, Zurich Course Interventional Neuroradiology, Agustus 2016

Laman

Minggu, 25 Agustus 2019

Mengetuk Pintu Taubat...

Abu Hasan Asy-Syadziliy, seorang ulama besar yang dimakamkan di Mesir menyampaikan : “Apabila engkau tidak dapat menjalankan taqwa secara istiqamah, maka jangan sampai engkau tidak beristiqamah dalam taubat dan kembali kepada Allah.” (Risalatul Amin).

Kita diciptakan oleh Allah, semata-mata hanya untuk beribadah kepadaNya. Namun, dalam perjalanan ibadah itu, banyak penghalang, banyak rintangan. Penghalang, dinding, tabir itu salah satunya adalah banyaknya dosa yang kita lakukan. Untuk menuju kepada Allah yang maha suci, kita harus terus menerus bertaubat dan beristigfar tiada henti. Maka kalau kita membaca kitab-kitab para ulama, kita akan mendapati bahwa kitab-kitab Fiqh ibadah, selalu didahului oleh bab bersuci (thaharah), mensucikan diri dari hadats dan najis. Sedangkah kitab-kitab akhlaq dan tatacara mendekatkan diri kepada Allah selalu didahului dengan bab Taubat, pensucian jiwa.

Dalam kaitannya dengan perjalanan ibadah kita, maka ada hal yang perlu direnungkan mengapa dan untuk apa kita harus bertaubat ?

1.    Karena tumpukan dosa akan memberatkan langkahmenuju kebaikan, akan memunculkan kemalasan untuk taat kepada Allah. Hati akan menjadi gelap dan tidak merasakan kenikmatan dan merasakan manisnya ibadah. Jika Allah tidak memberikan rahmat dan kasih sayangNya, niscaya kita yang sering berbuat dosa kan terjerumus kedalam kesengsaraan dan kekufuran. Fudhail bin ‘Iyadhberkata : Jika engkau tidak mampu melaksanakan sholat malam dan tidak kuat berpuas disinag hari, sadarilah bahwa engkau sedang terbelenggu oleh perbuatan dosamu.”

2.    Agar amal ibadah kita diterima Allah SWT. Ibadah kepada Allah tanpa taubat, seperti kita memberikan hadiah pada seseorang, sedang kita masih banyak berhutang kepadanya. Bagaimana mungkin kita berdoa pada Allah, meminta dan mendekat kepadanNya, sedang kita kita dibelenggu dosa yang menyebabkan Allah murka. Bagaimana kita bisa mendekat kepada Allah, apabila Allah murka akibat tumpukan dosa-dosa kita. Maka untuk mendapat kenikmatan mendekat pada Allah, kita harus bertaubat, mohon ampun kepada Allah. Sebagaimana firman Allah dalam al Baqarah 222. “ Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat an orang-orang yang mensucikan dirinya.”

Ada 3 macam dosa, meurut Al Ghazali (Minhajul Abidin) :
1.    Dosa yang berhubungan dengan kewajiban kepada Allah berupa sholat, puasa dan zakat dan sebagainya. 
2.    Dosa yang berhubungan dengan Allah : seperti minum-minuman keras, makan riba, melakukan maksiat.
3.    Dosa yang berhubungan dengan manusia. Dosa ini adalah dosa yang sulit dan menyusahkan. Dosa ini terkait dengan harta (maal),  jiwa (nafs), martabat (‘ardh), kehormatan (hurmah), serta agama (al diin). Dosa ini adalah mungkin dosa yang saat ini banyak sekali kita kerjakan di era media sosial yang menggurita dalam setiap sudut kehidupan kita. 

Apa saja yang berkaitan dengan harta harus dikembalikan pada pemiliknya. Jika tidak mampu mengembalikan karena miskin, maka mintalah pembebasan tanggungan pada pemiliknya. Jika orang yang yang bersangkutan tidak ditemukan, atau meninggal dunia, dan kita masih bisa dan mungkin untuk bersedekah, maka bersedekahlah. Jika tidak memungkinkan bersedekah, makan kita gantikan dengan amal kebaikan  dan kembali pada Allah dengan tunduk dan mengaharap kasih sayangNya. 

Apa saja yang berkaiatan dengan jiwa atau nyawa, maka dilakukan qishas, dan diselesaikan dan menyerahkan pada pihak yang berwenang memberikan hukuman.

Apa saja yang berhubungan dengan martabat, seperti menggunjing orang lain, menuduh berbuat zina, mengumpat, memaki-maki, maka bentu tobat kita adalah dengan meminta maaf kepada mereka.

Berkaitan dengan kehormatan, misalnya kita telah mengkhianti suatu keluarga atau institusi dimana kita bekerja. Maka kita harus mengakui dengan jujur dan mengungkapkan kasus itu. Kadang hal ini justru akan menimbulkan fitnah dan pertengkaran yang besar. Maka jika madharatnya sangat besar, kita harus mengembalikan kepada Allah dana meminta pengampunan dariNya.

Yang berkaitan dengan agama, misalnya mengkafirkan seorang muslim, menuduh orang lain melakukan perbuatan bid’ah, menyesatkan orang lain. Maka kita harus meminta maaf, jika kita tidak mampu melaksanakannya, maka kita memuji Allah dan beristigfar, agar Agar Allah meridhai kita.

Marilah kita bertaubat kepada Allah, setiap hari setiap saat kapanpun kita ingat. Saat kita enggan bertaubat, jangan jangan karena dosa-dosa kita sudah menutupi hati kita, sehingga kita menganggap ringan dosa yang kita perbuat, dan ini adalah awal kebinasaan, naudzubillah.
Marilah kita bertaubat, beristigfar. Cara paling sederhana adalah dengan setiap saat bertaubat dan membaca istigfar dimanapun kita berada.

Bukankah saat selesai berwudhu kita berdoa,
Setiap selesai Sholat, bahkan para guru dan kiai-kiai kita mengajarkannya dengan qashidah-qashidah dalam setiap waktu luang dan kesendirian.  Atau seperti syair taubat Abu Nuwas.

Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita, memasukkan kita dalam golongan orang-orang yang bertaubat, dengan demikian langkah kita menjadi ringan dalam ibadah menuju Allah. Semoga Allah tidak melalaikan kita untuk bertaubat, sebelum Allah mewafatkan kita. Maka bagaimanakah jika kita meniunggal, sedangkat kita belum sempat bertaubat atas menggunungnya dosa yang kita kerjakan ? Karena kematian dapat datang kapan saja dengan demikian cepat, sungguh Allah Maha penyayang dan Maha penerima Taubat hamba-Nya. (Masjid FK Unair, 23 Agustus 2019)