zurich

zurich
Kolateral di tengah kota, Zurich Course Interventional Neuroradiology, Agustus 2016

Laman

Rabu, 29 Mei 2019

Menaklukkan Malam....

Malam-malam ini bukan lagi suram
Bukan malam yang biasanya, yang terlalu kukuh ditumbangkan
Entah mengapa begitu ringan
Entah mengapa begitu rindang

Malam-malam ini ya Allah...
Malam-malam mulya..
Malam yang menuntun keharibaanMu
Malam yang pernah dan selalu menjadi suka cita para perindu
Setiap kekasihMu, merindukannya
Setiap pecintaMu, mengharapkannya

Aku membaca kisah-kisah mereka...
Para pemuka ilmuwan dunia
Menjadi terkemuka...
Karena taklukkan malam penuh warna

Ya Allah....
Jadikan malam, setiap malam...
Malam yang penuh cahaya...
Malam terpancarnya beribu ilmu...
Biarkan darinya terhambur segala cita
Bermekaran nyata semua asa

Oh...apalah dunia....
Jika ia hanya sekedar senang semata
Oh fanalah dunia...
Jika yang tertoreh segumpal hampa

Genggamlah kini malam-malammu..
Goreskan setiap sisi tajam penamu
Lukislah sketsa dunia ilmu...
Reguklah hikmah sepenuh kisah
Mereka pemandu awal cerita indah

Sambunglah, berceritalah
Jangan biarkan kisahnya putus ...
Engkaulah pemerannya...
Dimana ummat akan mencatat...
Kapanpun ummat akan mengingat...

Dari malam-malam bercahaya, ini dimulai..
Hanya dengan kasih sayang Sang Maha Cahaya
Kau dapat melesat...
Hanya dengan ijin Nya...Pemilik semua cahaya...
Pena emas kembali berpendar
Mengusir gelap musnahlah pudar

Masjid Rahmat Surabaya, 25 Ramadhan 1440 H / 30 Mei 2019

Sabtu, 18 Mei 2019

Dokter Penyendiri….

Usianya memasuki kepala lima, seorang dokter senior di institusinya. Jabatan guru besar, jabatan struktural dan berbagai prestasi telah diraihnya, tak terhitung lagi karya ilmiah, lebih-lebih jumlah mahasiswa bimbingannya.

Pagi masih buta, sosok gesit itu berjalan menyelinap di ruang perawatan kelas tiga, bangsal yang berisi rakyat jelata. Bersamanya, tampak beberapa residen mengikuti langkah kakinya. Seperti biasa, dengan senyum dan salam, disapanya para penderita. Bagi mereka yang papa, rumah sakit inilah satu-satunya wasilah terakhir kesembuhannya. 

Hanya saat pagi hari, dan hanya di bangsal ini, satu-satunya cara paling mudah menemui sang dokter. Beliau cuma memiliki telepon genggam jadul dan alamat email saja. Jangan harap menemukan dan bisa menyapanya lewat Facebook, WhatsApp, Line apalagi Twitter. Akun medsos telah cukup lama ditinggalkannya.

Pernah seorang sahabat, guru besar dalam bidang yang sama menemuinya, kemudian saling bertukar pikiran lama sekali. Setelah selesai, mereka mengakhiri pertemuannya, dan sang sahabat berkata “ Tanpa kusangka aku telah duduk dalam suatu majelis di mana tidak ada majelis yang lebih baik dan aku harapkan dari majelis kita ini.”Sang dokter kemudian menimpali “ Tetapi aku tidak duduk dalam sebuah majelis yang lebih aku takuti daripada majelis ini. Tidakkah engkau mengingat perkataanmu yang baik dan ilmu yang kau miliki ? Dengan perkataan dan ilmu itu engkau mengajariku, dan engkau menampakkan hal itu dihadapanku. Akupun melakukan hal yang sama, tanpa sadar mungkin aku telah jatuh pada riya’, saling membanggakan diri secara tersembunyi dan rasa takabbur diam-diam, bukankah itu suatu penyakit hati ?” Sang sahabat terdiam dan terpana mendengar penjelasan ini (1).

Pada kesempatan lain, sang dokter mendapat kunjungan dari teman sejawatnya, yang cukup lama tidak bersua. Dan temannya berkata “ Wahai sahabat ! dengan silaturrahmi dan pertemuan ini, kita telah menyambung persahabatan kita lagi.” Sang dokter menjawab “ Aku telah menyambung silaturrahmi kepadamu dengan hal yang bermanfaat, yakni doa tanpa sepengetahuanmu, sebab silaturrahmi dan pertemuan, biasanya menimbulkan riya dan besarnya kecenderungan berlomba-lomba dalam kemegahan.” (2)

Betapa, sang dokter menyadari, dalam perjalanan hidup kesehariannya, dia merasakan sangat sulit beribadah secara benar dan istiqamah. Dua hal yang merupakan godaan terbesar dalam menjalankan ibadah kepada Allah, yaitu godaan kehidupan dunia dan interaksi dengan sesama manusia. Kehidupan Dunia telah menyibukkan-nya lahir dan batin. Secara lahiriah, dia telah disibukkan dalam mencarinya; secara batiniah, ketergantungan hati padanya makin lama makin tak terhindarkan, dan jiwa selalu ingin membicarakannya. Aspek kesibukan lahir dan batin ini sungguh menghalangi aktivitas dan kekhusyu’an ibadahnya.

Interaksi dengan sesama manusia juga seringkali membuat dia sangat sibuk, sehingga melupakannya dari laku ibadah, bahkan menghalanginya untuk melakukannya, dan menjerumuskannya tanpa sadar dalam keburukan dan kerusakan. Dan bukankah dosa-dosa itu seringkali berasal dari interaksi dengan orang-orang yang dikenal, dan bukan yang tidak dikenal.

Sang dokter telah banyak belajar, untuk mendekat kepada Allah, godaan kehidupan dunia dapat di cegah dengan Zuhud. Sedangkan interaksi dengan sesama manusia yang menjerumuskan dapat di cegah dengan Uzlah.

Berkaitan dengan Zuhud, dia mengingat Rasulullah SAW bersabda “ Barangsiapa mencintai dunia-nya, niscaya dia akan mengabaikan akhirat-nya dan barangsiapa mencintai akhirat-nya, niscaya dia akan mengabaikan dunia-nya. Oleh karena itu, pilihlah sesuatu yang kekal abadi (akhirat) dan tinggalkan yang binasa (dunia),” {HR Bukhari dan Muslim}.

Berkaitan dengan Uzlah, dia mengingat Ibrahim bin Adham rahimahullah berkata “ Jadilah orang yang menyendiri (secara hati), namun berkumpul (dengan masyarakat secara lahir), memiliki kedekatan terhadap Tuhan-nya, dan menyepi terhadap manusia.”

(1) Dialog guru Imam Ghazali (Abu Bakar al-Warraq) dengan seorang arif. (2) Dialog Haram bin Hayyan kepada Uwais al-Qarni )

Selasa, 14 Mei 2019

Mutiara Dari lubuk Bidayah Al Hidayah...

1. "Bagi orang yang mengambil dari dunia ini sekadar yang diperlukan, maka dunia ini merupakan sebuah lahan tempat menabur benih"

2. "Orang yang baik ialah orang yang baik dalam pandangan Allah di rumah akhirat, meski ia tak dikenal oleh manusia.

3." Pena merupakan salah satu lidah manusia, maka dari itu, jagalah ia dari hal-hal yang lidah tak boleh mengucapkannya."

Senin, 06 Mei 2019

Bisik Ramadhan....

Kudengar lirih bisik Ramadhan....
Jadilah mutiara, yang meskipun terpisah dari untainya, tetaplah bercahaya..
Jadilah emas, yang meskipun terpisah dari ratu pemakai-nya, tetaplah mulia...
Kinilah saatnya itu, tenggelamkanlah dirimu dalam danau-ku

Mataram, 6/05/2019