zurich

zurich
Kolateral di tengah kota, Zurich Course Interventional Neuroradiology, Agustus 2016

Laman

Sabtu, 06 November 2021

Tidur Yang Bertujuan

Khutbah Pertama


Ada banyak kitab yang diajarkan di pesantren. Tafsir, Hadis, Tauhid, Sirah, Kitab yang sifatnya tematik, seperti cara berdzikir (al-adzkar), kitab berisi nasihat yang memberikan kabar gembira dan peringatan peringatan (targhib wa tarhib) dn berbagai kitab lainnya. Salah satu kitab tersebut adalah bagaimana cara kita menjalani dan menghabiskan waktu dalam keseharian sesuai tuntunan Rasulullah. Kitab yang diajarkan pada semua tingkatan usia di pesantren dan senantiasa diulang-ulang jika sudah khatam. Kitab Bidayatul Hidayah.

 

Hidup kita dalam 24 jam terdiri dari waktu jaga dan waktu tidur. Pada saat jaga, dimulai dari fajar dengan menunaikan shalat dan ibadah, kemudian dilanjutkan dengan aktivitas sehari-hari. Kita dianjurkan untuk menghabiskan waktu kita dengan 4 kegiatan:

1.     Menuntut ilmu yang bermanfaat. Apakah ilmu yang bermanfaat itu ? Apakah ilmu yang kita kaji dan pelajari sekarang adalah ilmu yang bermanfaat ? Apakah ilmu yang bermanfaat itu ? ilmu yang membuat kita kian takwa kepada Allah, kian mengetahui kesalahan-kesalahan kita, semakin tahu cara mengabdi kepada Allah, mengurangi kecintaan pada dunia, semakin menciantai akhirat; ilmu tersebut makin membukakan mata kita terhadap keburukan-keburukan yang kita miliki. Karena setan senantiasa banyak memberikan tipu daya bahkan kepada cerdik pandai dan ulama. Sehingga ada ulama suu’, yaitu ulama yang keji yang dimurkai Allah.

2.     Menunaikan berbagai Ibadah. Inilah perilaku para abid dan para sholeh.

3.     Menyibukkan diri dengan tindakan-tindakan yang menguntungkan sesama muslim, membahagiakan orang beriman, memudahkan orang lain untuk beramal sholih, bersedekah pada fakir-miskin, mengunjungi yang sakit, mengantar mayat ke pemakaman. Semua kegiatan ini lebih baik dari ibadah sunnah. Karena merupakan pengabdian kepada Allah sekaligus membahagiakan sesame muslim.

4.     Jika ketiganya tidak bisa kita lakukan, cara keempat adalah mencari nafkah untuk diri sendiri dan keluarga, sehingga kita dan keluarga kita tidak menjadi peminta-minta, tidak memberikan madharat kepada orang lain, dan orang lain tidak menderita karena lidah dan tangan kita.

 

Kegiatan apapaun diluar keempat kegiatan ini harus kita waspadai sebagai kegiatan yang menjauhkan kita dari Allah.

 

Setelah kegiatan-kegiatan tersebut, waktu kita gunakan nuntuk istirahat. Untuk tidur.

Usia manusia terbatas. Sedang manusia menggunakan sepertiga usianya untuk tidur. Banyak tidur, mungkin sama buruknya dengan kurang tidur. Kecuali tidur itu akan menghindarkan kita dari perbuatan tercela dan maksiat. Dalam sudut pandang spiritual, tidur memiliki makna penting, karena tujuan tidur adalah untuk bangun kembali, dan saat bangun, tidaklah diniatkan kecuali untuk ibadah. Bisakah tidur bernilai ibadah?

 

 

 

Sudut Pandang Kedokteran

 

Tidur menyebabkan organisme tidak waspada terhadap lingkungannya, organisme misalnya binatang tidak lagi berpikir tentang sumber makanan potensial, pasangan, atau bahaya yang akan datang. Namun, terlepas dari semua potensi kerugian seperti itu, setiap hewan tidur. Dari lalat buah/drosophila, tikus laboratorium hingga manusia, evolusi telah melestarikan keadaan tak terjaga ini sepanjang waktu. 

 

Fungsi tidur cukup penting untuk mengatasi bahaya berada dalam keadaan tidak terjaga. Para peneliti mengungkap berbagai peran potensial untuk setiap keadaan tidur, termasuk pemulihan dari stres oksidatif di otakkonservasi energiperiode sintesis protein tinggi, dan stimulasi dari otak tidur untuk memfasilitasi transisi ke bangun. Tidur ternyata merupakan tahap waktu yang penting untuk konsolidasi memori yang dibuat selama bangun.

 

Islam mengajarkan umatnya untuk mensyukuri segala nikmat yang diberikan oleh Tuhannya. Bahkan, agama Islam menganggap tidur sebagai salah satu anugerah Allah SWT. Sebagaimana yang diriwayatkan dalam Al-Quran:

 

 



 

"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah tidurmu pada waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan." (QS. Ar-Rum ayat 23)

 

Al-Quran mendefinisikan "tidur" ke dalam arti yang beragam. Analisis mendalam dari deskripsi yang berbeda di dalam Al-Quran tentang tidur mungkin mencerminkan berbagai jenis atau tingkatan tidur yang terjadi pada manusia. Dalam Al-Qura’an tidur disebutkan dengan beberapa terminologi yang beragam :  Sinah (tidur ringan/kantuk), nu'ass sebagai tidur siang singkat, ru’qood adalah "tidur dalam waktu lama",  ho'joo menunjukkan tidur di malam hari, kata su’baat berasal dari kata sabt, yang berarti memutuskan hubungan

 

 

Sinah (tidur ringan/kantuk)

Kata "sinah" memiliki arti kantuk. Dilansir dari penelitian Syamsinar (2016) yang berjudul "Pola Tidur dalam Al-Quran", Al-Ashfahani mengartikan kata sinah yang berarti lengah/tidur ringan. Kemudian, M. Qurais Shihab menjelaskan sinah sebagai kantuk (dalam artian Allah) tidak seperti manusia yang tidak kuasa menahan kantuk dan tidak dapat mengelak dari kondisi ingin tertidur. 

Selain itu, sinah didefinisikan sebagai kondisi tertidur untuk waktu yang sangat singkat setelah melakukan aktivitas yang cukup memakan tenaga. Dalam Al-Quran, tidur menyiratkan tanda bahwa tubuh perlu istirahat. Sementara Sang Pencipta tidak tidur, namun Dia membuat umat-Nya terlelap setiap hari. 

 

 



 

"Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi...." (QS. Al-Baqarah ayat 255)

 

Nu'ass 

Istilah "nu'aas" muncul dua kali dalam Al Quran untuk mendefinisikan tidur. Salah satu ayat di kitab suci meriwayatkan:

 

 


 

 

"(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan mesmperteguh dengannya telapak kaki(mu)." (QS. Al-Anfal ayat 11)

 

Ayat di atas menjelaskan bagaimana tidur (nu'ass) memberi orang perasaan aman ketika menghadapi ketakutan dan stres. Sementara itu, ayat lain mengatakan:

 

 



 

"Kemudian setelah kamu ditimpa kesedihan, Dia menurunkan rasa aman kepadamu (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari kamu, sedangkan segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah..." (QS. Ali Imran ayat 154)

 

Penafsir menggambarkan kata nu'ass sebagai tidur siang singkat, yang kemungkinan merujuk ke pada keadaan tidur lebih pulas dari sinah. Baru-baru ini, para peneliti telah mendalilkan bahwa tidur siang singkat dapat mengurangi stres dan tekanan darah.

 

Ruquud

Al-Quran mengisahkan tidurnya penduduk gua dalam "Kisah Ashabul Kahfi". Tujuh orang pemuda meminta pertolongan kepada Allah SWT untuk mempertahankan keimanan mereka dari Raja Decyanus yang kejam. Lalu, Dia mengarahkan mereka untuk mencari perlindungan di sebuah gua. Allah SWT kemudian membuat mereka tertidur.

 


 


 

 

"Dan engkau mengira mereka itu tidak tidur, padahal mereka tidur (ru'qood); dan Kami bolak-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka membentangkan kedua lengannya di depan pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentu kamu akan berpaling melarikan (diri) dari mereka dan pasti kamu akan dipenuhi rasa takut terhadap mereka." (QS. Al-Kahfi ayat 18)

 

Penafsiran yang paling tepat dari istilah ru’qood adalah "tidur dalam waktu lama". Para pemuda dan seekor anjing itu telah tinggal di gua selama 309 tahun lamanya. Kisah ini juga terkenal pada literatur Kristen yang berjudul "Seven Sleepers of Ephesus".

 

 

Hujuu’

Istilah "hujuu’ menunjukkan tidur di malam hari. Al-Quran menggambarkan orang-orang beriman yang saleh dan takut kepada Allah SWT dalam ayat berikut ini:

 


"Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam (hujuu’), dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah)." (QS. Az-Zariyat ayat 17-18)

 

Subaat

Adapun Al-Quran menggambarkan tidur manusia dalam satu ayat sebagai "su'baat":

 

 



 

 

"Dan Kami jadikan tidurmu (subaat) untuk istirahat." (QS. An-Naba ayat 9)

 

Dalam bahasa Arab, kata subaat berasal dari kata sabt, yang berarti memutuskan hubungan. Oleh karena itu, subaat dapat merujuk pada pemutusan hubungan dengan lingkungan sekitar selama kondisi tidur yang dialami oleh manusia. 

 

 

Khutbah Kedua

 

 

 

Dalam sudut pandang Bidayatul Hidayah karya Imam Al-Ghazali, tidur perlu disiapkan, tidak semata-mata terlelap menutup mata.

 

Tidur malam hari dilakukan selepas melaksanakan sholat isya’. Membaca kitab ilmu pengetahuan adalah anjuran menghabiskan waktu antara sholat isya’ dan waktu tidur. Beliau, memberikan nasihat,” Sibukkanlah dirimu dengan mempelajari kitab. Jangan bermain-main; sehingga kegiatan mempelajari kitab itu menjadi penutup semua kegiatanmu sebelum engkau tidur.”

 

Beginilah cara tidur yang baik menurut Al-Ghazali:

“Bila engkau hendak tidur, hadapkanlah tempat tidurmu ke arah kiblat, dan tidurlah dengan memiringkan badan ke sebelah kanan, sebagaimana letak mayat di liang lahad. Ketahuilah bahwa tidur itu bagaikan mati, sedangkan bangun itu bagaikan bangkit dari mati. Bisa jadi Allah SWT mencabut ruhmu di kala engkau tertidur di malam hari. Oleh karena itu, bersiap-siaplah untuk menemui-Nya. 

 

Bertobatlah sebelum tidur, memohon ampunan kepada Allah dan beniat untuk berbuat kebajikan jika Allah masih membangunkanmu dari tidurmu. Dan ingatlah bahwa seperti itulah engkau akan terbaring di dalam liang lahad seorang diri, hanya amalmulah yang akan menemanimu, dan pahala bagimu hanyalah amalanmu.

 

Berniatlah bangun sebelum fajar, menunaikan dua rakaat sebelum shubuh, ini merupakan kebajikan para sholeh dan ini adalah amalan untuk menghadapi keadaan di kala miskin (hari pengadilan). 

 

Sebelum tidur berdoalah, diantara doa tersebut berbunyi ”Ya Allah bangunkanlah aku di saat yang paling Engkau senangi, sehingga Dikau dekatkan aku pada Dirimu sendiri, dan jauhkanlah aku sejauh-jauhnya dari murka-Mu.”

 

Kemudian Membaca Ayat Kursi, surat Al-Ikhlas, surat Al falaq dan Annaas, dengan dua surat ini orang berlindung pada Allah. Kemudian membaca surat yang diawali dengan ayat“Mahasuci Dia  yang ditangan-Nya berada segala kerajaan.” Tidurlah dalam keadaan bersih karena berwudlu. Imam Al Ghazali menyampaikan, “barangsiapa berlaku begini, maka naikah jiwanya ke arsy Allah dan dia ditulis sebagai menunaikah shalat hingga dia bangun. 

 

Jika kita takut tidak dapat bangun sebelum fajar, kita tunaikan sholat witir sebelum tidur, namun jika kita merasa mampu, sholat witir dilakukan setelah bangun dn menjadi penutup sholat malam.