Saat kubuka media sosial,
ku lihat berita korupsi tokoh nasional
Tak terkira hujatan,
Tak terperi ledekan
Ada rasa bahagia diam-diam
Inilah hiburan gratis menyenangkan
Yang demikian, mungkin memang ia layak
Agar menjadi pelajaran orang banyak
Namun mari kita saksikan
Agar diri kita tak miskin panduan
Dalam hati, diam-diam tanpa terasa aku ikut mencibirnya
Aku mengutuknya, seolah mustahil terjadi padaku
Tak sepotong doa terdengar
Agar datang petunjuk dan hidayah padanya
Tak secuilpun muncul harapan
seolah layaklah itu kutukan
Tak tahu kenapa, hatiku luluh bergetar
Tatkala mengingat sebuah kisah
Seorang wanita tuna susila yang meninggal husnul khatimah
Hanya karena dalam hatinya masih ada secuil harapan
Akan masa depan dan Ampunan Tuhan
Sontak aku tak lagi memikirkannya
Aku terpaku, gelisah akan diriku
Memikirkan diri ini di akhir hayat
Jangan-jangan, sang tokoh mendapat anugrah ampunan
Sedang aku, ....terlempar dalam kebinasaan
Karena memelihara rasa sombong diam-diam
Surabaya, 23 November 2017
Senin, 27 November 2017
Semunya Cintaku ?
Usia menjelang senjaku
Masih datang rasa sedihku
Akan kelalaian
Tentang pengingkaran.....
Mengapakah,
Tak jua menjadi pengingat
Datangnya uban yang memutih sangat
Tak hendak penuh bersimpuh
Di kala badan utuh berkeluh
Ku saksikan setiap saat
Perginya satu persatu sahabat
Entah mengapa,
Belum penuh dada bertekad
Menghadap Tuhan penuh bertaubat
Ya Allah....Tuhan semesta
Bukakan mata, luaskan dada
Agar cinta hadir sepenuh jiwa
Biarkanlah semua menjelma indah
Tiada berat, tiada duka
Mencinta-Mu penuh gelora
Surabaya, 27 Nov 2017
Masih datang rasa sedihku
Akan kelalaian
Tentang pengingkaran.....
Mengapakah,
Tak jua menjadi pengingat
Datangnya uban yang memutih sangat
Tak hendak penuh bersimpuh
Di kala badan utuh berkeluh
Ku saksikan setiap saat
Perginya satu persatu sahabat
Entah mengapa,
Belum penuh dada bertekad
Menghadap Tuhan penuh bertaubat
Ya Allah....Tuhan semesta
Bukakan mata, luaskan dada
Agar cinta hadir sepenuh jiwa
Biarkanlah semua menjelma indah
Tiada berat, tiada duka
Mencinta-Mu penuh gelora
Surabaya, 27 Nov 2017
Jumat, 24 November 2017
Anang, Guru yang selalu terkenang...
Lewat sudah waktu berjalan, melaui masa demi masa, rasa demi
rasa
Namun, wajah tegas dan sosok liat-mu tak pernah hilang dari
ingatan
Entah, hampir tak pernah ku dengar, ada keluh kesah dari
bibirmu
Hanya dzikir yang tak pernah terputus, baik terang-terangan
maupun diam-diam
Tak ada banyak nasihat, tak ada banyak pesan dan cakap
Mendidik dan menyayangi anak cucumu,
cukuplah dengan contoh dan suri tauladan
Bagimu,
Menyayangi tak harus dengan pelukan erat
Mencintai tak harus dengan dekapan hangat
Namun, doa-doa yang kau panjatkan di tengah malam
Melebihi semua kata cinta, yang diucapkan banyak manusia
Cintamu pada kami sungguh abadi
Masih kurasakan hingga kini
Hangatnya tatapan dan tajam mata hatimu,
adalah energi yang tak pernah beranjak pergi
Kami selalu datang untuk mohon do’a dan didoakan
Bukan karena kami tak yakin dengan doa-doa yang kami
panjatkan
Bukan karena kami tak ingin berdo’a dan mengangkat tangan
kami sendiri
Tapi hati tulus tak terbatasmu, keistiqomahan amal ibadahmu
Seakan membuat pintu-pintu langit terbuka
Agar rahmat Allah terbuka bagi kami, anak dan cucumu
Matur nuwun dan terimakasih Anang H. Mansoer Arifah,
Kami sangat yakin Allah menyayangimu
Andai kami masih bisa meminta do’a,
Kami akan meminta agar engkau berkenan mendoakan kami
Agar sisa hidup kami bisa lurus dalam ibadah,
Dan tetap dalam istiqamah
Sebagaimana hidup dan akhir hayatmu...
Sebagaimana hidup dan akhir hayatmu...
Allahummagfirlahu…warhamu ya Allah
Surabaya, 25 November 2017
Minggu, 12 November 2017
Ke Delhi ku kembali
Entah angin apa lagi
Yang membawa hati ini kembali
Meski banyak orang berkata
Buat apa lagi mengunjungi India
Mereka mungkin tak mengerti
Tentang arti rindu akan sang guru
Sosok kukuh menginspirasi
Pelukis wajah baru neurologi
Kami hirup lagi udara Delhi
Kami teguk lagi ilmu sepenuh hati
Kami sampaikan salam hormat
Pada sang guru penuh hikmat
Kini guru kami tak lagi di Delhi
Tapi kenangan indahnya tak mudah pergi
Dulu, jalan itu sunyi tanpa teman
Sekarang, semua orang ingin berkawan
Kami datang dengan dua tujuan
Mereguk ilmu itu yang pertama
Memberi penghormatan itu yang utama
Selamat jalan wahai guru panutan
Delhi milikmu itu,
Takkan pernah hilang dari benakku
WFITN Course Delhi, November 1-5, 2017
Yang membawa hati ini kembali
Meski banyak orang berkata
Buat apa lagi mengunjungi India
Mereka mungkin tak mengerti
Tentang arti rindu akan sang guru
Sosok kukuh menginspirasi
Pelukis wajah baru neurologi
Kami hirup lagi udara Delhi
Kami teguk lagi ilmu sepenuh hati
Kami sampaikan salam hormat
Pada sang guru penuh hikmat
Kini guru kami tak lagi di Delhi
Tapi kenangan indahnya tak mudah pergi
Dulu, jalan itu sunyi tanpa teman
Sekarang, semua orang ingin berkawan
Kami datang dengan dua tujuan
Mereguk ilmu itu yang pertama
Memberi penghormatan itu yang utama
Selamat jalan wahai guru panutan
Delhi milikmu itu,
Takkan pernah hilang dari benakku
WFITN Course Delhi, November 1-5, 2017
Langganan:
Postingan (Atom)