zurich

zurich
Kolateral di tengah kota, Zurich Course Interventional Neuroradiology, Agustus 2016

Laman

Rabu, 20 Februari 2019

Bening Mata Air…..

Apa kabar jiwamu…
Adakah sebening dulu ?
Sebening air mata tempat sujudmu
Ataukah bening sudah mengering ?
Terbawa tenar dan nama besar 

Kau tampak kehausan...
Ditengah selaksa gelombang air kehidupan
Gelombang, tak membuat dahagamu pupus
Tapi haus makin jauh menembus 
Air seolah bening milikmu kini…
Tak bisa hilangkan dahaga
Hanya arak, 
Nikmat sesaat, namun merusak 

Air itu mengalir dari mimbar-mimbar….
Disampaikan penuh semangat bergetar
Dikhotbahkan dengan jari menjulang tinggi
Sekejap sungguh membangkitkan…
Namun, yang tersisa kering kerontang

Air itu, 
Bukan air bening yang dulu kau dapat..
Air itu, 
Bukan obat hati yang sunyi berkarat 

Air beningmu dulu, 
Dari kesunyian hutan ukhrawi
Alirannya hakiki…..tanpa motif duniawi
Dari tutur penuh hikmah, penuh ilmu
Mengusap, mengikis keruh, 
Mencipta bening yang nyata

Kucari ia di sudut-sudut pelosok kampung tersembunyi
Menemui sang arif mengasingkan diri
Menyelisihi gegap gempita dunia fana
Ilmunya seluas samudra, tak tampak dihadapan manusia
Hanya didapat yang ingin saja, mereka yang merindukannya

Kucari lagi bening mata air….
Yang dapat mengalirkan bening air mata…
Air mata insyaf, air mata taubat…
Kudekap ia sampai akhir hayat

Minggu, 03 Februari 2019

Mendamba Tatap Baginda

Allah Tuhan semesta, sungguh Agung tak terkira,
Otak sejengkal saja, tak mampu gapai cahaya-Nya
Bagaimana akan menggapai,
Terbakarlah jiwa seketika

Jika Allah demikian Maha,
Hamba yang kerdil, mustahil menatap kebesaran-Nya
Hanya ada satu pintu menuju,
Menghadap guru umat manusia

Ya Rasulullah…..wahai Baginda
Ajarkan hamba cara mencinta…...
Berkahi hamba mudah mengabdi..
Sudilah kiranya sekedar menatap
Sungguh pancar wajahmu sebenar obat

Tak terkira indahnya dirimu,
Lahir batin bukanlah semu
Betapa hamba jauh darimu
Miskin akhlak, miskin ilmu

Bimbing hamba wahai Baginda,
Hamba bodoh namun takabbur
Hamba congkak namun berlagak, 
Berikan sepercik saja mulyamu
Agar luntur jiwa kelu-ku

Mencintaimu wahai Baginda,
Satu-satunya jalan menuju Dia
Dia yang tak mungkin, aku mendekatnya-Nya
Dia tak yang bisa, aku memahami-Nya
Hanya tuntunmu saja mampu membawa
Tanpa pandumu, 
Aku terbakar musnah sempurna