Apa kabar jiwamu…
Adakah sebening dulu ?
Sebening air mata tempat sujudmu
Ataukah bening sudah mengering ?
Terbawa tenar dan nama besar
Kau tampak kehausan...
Ditengah selaksa gelombang air kehidupan
Gelombang, tak membuat dahagamu pupus
Tapi haus makin jauh menembus
Air seolah bening milikmu kini…
Tak bisa hilangkan dahaga
Hanya arak,
Nikmat sesaat, namun merusak
Nikmat sesaat, namun merusak
Air itu mengalir dari mimbar-mimbar….
Disampaikan penuh semangat bergetar
Dikhotbahkan dengan jari menjulang tinggi
Sekejap sungguh membangkitkan…
Namun, yang tersisa kering kerontang
Air itu,
Bukan air bening yang dulu kau dapat..
Bukan air bening yang dulu kau dapat..
Air itu,
Bukan obat hati yang sunyi berkarat
Bukan obat hati yang sunyi berkarat
Air beningmu dulu,
Dari kesunyian hutan ukhrawi
Dari kesunyian hutan ukhrawi
Alirannya hakiki…..tanpa motif duniawi
Dari tutur penuh hikmah, penuh ilmu
Mengusap, mengikis keruh,
Mencipta bening yang nyata
Mencipta bening yang nyata
Kucari ia di sudut-sudut pelosok kampung tersembunyi
Menemui sang arif mengasingkan diri
Menyelisihi gegap gempita dunia fana
Ilmunya seluas samudra, tak tampak dihadapan manusia
Hanya didapat yang ingin saja, mereka yang merindukannya
Kucari lagi bening mata air….
Yang dapat mengalirkan bening air mata…
Air mata insyaf, air mata taubat…
Air mata insyaf, air mata taubat…
Kudekap ia sampai akhir hayat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar