zurich

zurich
Kolateral di tengah kota, Zurich Course Interventional Neuroradiology, Agustus 2016

Laman

Sabtu, 19 Oktober 2019

Masa Sisa Usia.....

Beberapa lama lagi.... ?
Jika Allah ijinkan ia berlalu,
Mengikuti usia Nabi-mu
10 tahun lagi ? 15 atau 20 tahun lagi ?

Coba berhitunglah..
Betapa singkatnya....
Cuma seumur usia remaja..
Bagaimana mungkin ini berlalu..?
Sungguh cepat laju sang waktu....

Sia-siakah hidupmu yang lalu ?
Kemana ia habisnya, dan untuk apa ?

Sudahkah kau menikmati sholatmu...
Ataukah sholatmu hanya sampingan saja, dari sibuknya bergelut dengan dunia...
Sudahkah kau menikmati sujudmu...
Adakah ia hanya formalitas saja
Sekedar sungkurkan kepala tanpa makna...

Dimanakah kitab sucimu...?
Tetapkah kau simpan disana ?
Betapa tak sampai hati membacanya..
Hanya dengan kalimat terbata-bata

Ya Allah Tuhan semesta...
Bimbing hamba husnul khatimah
Ya Rasul kekasih hamba....
Hanya syafaatmu saja yang kami damba...
Tanpa itu....
Hancur sudah luluh sempurna....

Mataram, Sabtu, 19 Oktober 2019

Minggu, 25 Agustus 2019

Mengetuk Pintu Taubat...

Abu Hasan Asy-Syadziliy, seorang ulama besar yang dimakamkan di Mesir menyampaikan : “Apabila engkau tidak dapat menjalankan taqwa secara istiqamah, maka jangan sampai engkau tidak beristiqamah dalam taubat dan kembali kepada Allah.” (Risalatul Amin).

Kita diciptakan oleh Allah, semata-mata hanya untuk beribadah kepadaNya. Namun, dalam perjalanan ibadah itu, banyak penghalang, banyak rintangan. Penghalang, dinding, tabir itu salah satunya adalah banyaknya dosa yang kita lakukan. Untuk menuju kepada Allah yang maha suci, kita harus terus menerus bertaubat dan beristigfar tiada henti. Maka kalau kita membaca kitab-kitab para ulama, kita akan mendapati bahwa kitab-kitab Fiqh ibadah, selalu didahului oleh bab bersuci (thaharah), mensucikan diri dari hadats dan najis. Sedangkah kitab-kitab akhlaq dan tatacara mendekatkan diri kepada Allah selalu didahului dengan bab Taubat, pensucian jiwa.

Dalam kaitannya dengan perjalanan ibadah kita, maka ada hal yang perlu direnungkan mengapa dan untuk apa kita harus bertaubat ?

1.    Karena tumpukan dosa akan memberatkan langkahmenuju kebaikan, akan memunculkan kemalasan untuk taat kepada Allah. Hati akan menjadi gelap dan tidak merasakan kenikmatan dan merasakan manisnya ibadah. Jika Allah tidak memberikan rahmat dan kasih sayangNya, niscaya kita yang sering berbuat dosa kan terjerumus kedalam kesengsaraan dan kekufuran. Fudhail bin ‘Iyadhberkata : Jika engkau tidak mampu melaksanakan sholat malam dan tidak kuat berpuas disinag hari, sadarilah bahwa engkau sedang terbelenggu oleh perbuatan dosamu.”

2.    Agar amal ibadah kita diterima Allah SWT. Ibadah kepada Allah tanpa taubat, seperti kita memberikan hadiah pada seseorang, sedang kita masih banyak berhutang kepadanya. Bagaimana mungkin kita berdoa pada Allah, meminta dan mendekat kepadanNya, sedang kita kita dibelenggu dosa yang menyebabkan Allah murka. Bagaimana kita bisa mendekat kepada Allah, apabila Allah murka akibat tumpukan dosa-dosa kita. Maka untuk mendapat kenikmatan mendekat pada Allah, kita harus bertaubat, mohon ampun kepada Allah. Sebagaimana firman Allah dalam al Baqarah 222. “ Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat an orang-orang yang mensucikan dirinya.”

Ada 3 macam dosa, meurut Al Ghazali (Minhajul Abidin) :
1.    Dosa yang berhubungan dengan kewajiban kepada Allah berupa sholat, puasa dan zakat dan sebagainya. 
2.    Dosa yang berhubungan dengan Allah : seperti minum-minuman keras, makan riba, melakukan maksiat.
3.    Dosa yang berhubungan dengan manusia. Dosa ini adalah dosa yang sulit dan menyusahkan. Dosa ini terkait dengan harta (maal),  jiwa (nafs), martabat (‘ardh), kehormatan (hurmah), serta agama (al diin). Dosa ini adalah mungkin dosa yang saat ini banyak sekali kita kerjakan di era media sosial yang menggurita dalam setiap sudut kehidupan kita. 

Apa saja yang berkaitan dengan harta harus dikembalikan pada pemiliknya. Jika tidak mampu mengembalikan karena miskin, maka mintalah pembebasan tanggungan pada pemiliknya. Jika orang yang yang bersangkutan tidak ditemukan, atau meninggal dunia, dan kita masih bisa dan mungkin untuk bersedekah, maka bersedekahlah. Jika tidak memungkinkan bersedekah, makan kita gantikan dengan amal kebaikan  dan kembali pada Allah dengan tunduk dan mengaharap kasih sayangNya. 

Apa saja yang berkaiatan dengan jiwa atau nyawa, maka dilakukan qishas, dan diselesaikan dan menyerahkan pada pihak yang berwenang memberikan hukuman.

Apa saja yang berhubungan dengan martabat, seperti menggunjing orang lain, menuduh berbuat zina, mengumpat, memaki-maki, maka bentu tobat kita adalah dengan meminta maaf kepada mereka.

Berkaitan dengan kehormatan, misalnya kita telah mengkhianti suatu keluarga atau institusi dimana kita bekerja. Maka kita harus mengakui dengan jujur dan mengungkapkan kasus itu. Kadang hal ini justru akan menimbulkan fitnah dan pertengkaran yang besar. Maka jika madharatnya sangat besar, kita harus mengembalikan kepada Allah dana meminta pengampunan dariNya.

Yang berkaitan dengan agama, misalnya mengkafirkan seorang muslim, menuduh orang lain melakukan perbuatan bid’ah, menyesatkan orang lain. Maka kita harus meminta maaf, jika kita tidak mampu melaksanakannya, maka kita memuji Allah dan beristigfar, agar Agar Allah meridhai kita.

Marilah kita bertaubat kepada Allah, setiap hari setiap saat kapanpun kita ingat. Saat kita enggan bertaubat, jangan jangan karena dosa-dosa kita sudah menutupi hati kita, sehingga kita menganggap ringan dosa yang kita perbuat, dan ini adalah awal kebinasaan, naudzubillah.
Marilah kita bertaubat, beristigfar. Cara paling sederhana adalah dengan setiap saat bertaubat dan membaca istigfar dimanapun kita berada.

Bukankah saat selesai berwudhu kita berdoa,
Setiap selesai Sholat, bahkan para guru dan kiai-kiai kita mengajarkannya dengan qashidah-qashidah dalam setiap waktu luang dan kesendirian.  Atau seperti syair taubat Abu Nuwas.

Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita, memasukkan kita dalam golongan orang-orang yang bertaubat, dengan demikian langkah kita menjadi ringan dalam ibadah menuju Allah. Semoga Allah tidak melalaikan kita untuk bertaubat, sebelum Allah mewafatkan kita. Maka bagaimanakah jika kita meniunggal, sedangkat kita belum sempat bertaubat atas menggunungnya dosa yang kita kerjakan ? Karena kematian dapat datang kapan saja dengan demikian cepat, sungguh Allah Maha penyayang dan Maha penerima Taubat hamba-Nya. (Masjid FK Unair, 23 Agustus 2019)

Rabu, 29 Mei 2019

Menaklukkan Malam....

Malam-malam ini bukan lagi suram
Bukan malam yang biasanya, yang terlalu kukuh ditumbangkan
Entah mengapa begitu ringan
Entah mengapa begitu rindang

Malam-malam ini ya Allah...
Malam-malam mulya..
Malam yang menuntun keharibaanMu
Malam yang pernah dan selalu menjadi suka cita para perindu
Setiap kekasihMu, merindukannya
Setiap pecintaMu, mengharapkannya

Aku membaca kisah-kisah mereka...
Para pemuka ilmuwan dunia
Menjadi terkemuka...
Karena taklukkan malam penuh warna

Ya Allah....
Jadikan malam, setiap malam...
Malam yang penuh cahaya...
Malam terpancarnya beribu ilmu...
Biarkan darinya terhambur segala cita
Bermekaran nyata semua asa

Oh...apalah dunia....
Jika ia hanya sekedar senang semata
Oh fanalah dunia...
Jika yang tertoreh segumpal hampa

Genggamlah kini malam-malammu..
Goreskan setiap sisi tajam penamu
Lukislah sketsa dunia ilmu...
Reguklah hikmah sepenuh kisah
Mereka pemandu awal cerita indah

Sambunglah, berceritalah
Jangan biarkan kisahnya putus ...
Engkaulah pemerannya...
Dimana ummat akan mencatat...
Kapanpun ummat akan mengingat...

Dari malam-malam bercahaya, ini dimulai..
Hanya dengan kasih sayang Sang Maha Cahaya
Kau dapat melesat...
Hanya dengan ijin Nya...Pemilik semua cahaya...
Pena emas kembali berpendar
Mengusir gelap musnahlah pudar

Masjid Rahmat Surabaya, 25 Ramadhan 1440 H / 30 Mei 2019

Sabtu, 18 Mei 2019

Dokter Penyendiri….

Usianya memasuki kepala lima, seorang dokter senior di institusinya. Jabatan guru besar, jabatan struktural dan berbagai prestasi telah diraihnya, tak terhitung lagi karya ilmiah, lebih-lebih jumlah mahasiswa bimbingannya.

Pagi masih buta, sosok gesit itu berjalan menyelinap di ruang perawatan kelas tiga, bangsal yang berisi rakyat jelata. Bersamanya, tampak beberapa residen mengikuti langkah kakinya. Seperti biasa, dengan senyum dan salam, disapanya para penderita. Bagi mereka yang papa, rumah sakit inilah satu-satunya wasilah terakhir kesembuhannya. 

Hanya saat pagi hari, dan hanya di bangsal ini, satu-satunya cara paling mudah menemui sang dokter. Beliau cuma memiliki telepon genggam jadul dan alamat email saja. Jangan harap menemukan dan bisa menyapanya lewat Facebook, WhatsApp, Line apalagi Twitter. Akun medsos telah cukup lama ditinggalkannya.

Pernah seorang sahabat, guru besar dalam bidang yang sama menemuinya, kemudian saling bertukar pikiran lama sekali. Setelah selesai, mereka mengakhiri pertemuannya, dan sang sahabat berkata “ Tanpa kusangka aku telah duduk dalam suatu majelis di mana tidak ada majelis yang lebih baik dan aku harapkan dari majelis kita ini.”Sang dokter kemudian menimpali “ Tetapi aku tidak duduk dalam sebuah majelis yang lebih aku takuti daripada majelis ini. Tidakkah engkau mengingat perkataanmu yang baik dan ilmu yang kau miliki ? Dengan perkataan dan ilmu itu engkau mengajariku, dan engkau menampakkan hal itu dihadapanku. Akupun melakukan hal yang sama, tanpa sadar mungkin aku telah jatuh pada riya’, saling membanggakan diri secara tersembunyi dan rasa takabbur diam-diam, bukankah itu suatu penyakit hati ?” Sang sahabat terdiam dan terpana mendengar penjelasan ini (1).

Pada kesempatan lain, sang dokter mendapat kunjungan dari teman sejawatnya, yang cukup lama tidak bersua. Dan temannya berkata “ Wahai sahabat ! dengan silaturrahmi dan pertemuan ini, kita telah menyambung persahabatan kita lagi.” Sang dokter menjawab “ Aku telah menyambung silaturrahmi kepadamu dengan hal yang bermanfaat, yakni doa tanpa sepengetahuanmu, sebab silaturrahmi dan pertemuan, biasanya menimbulkan riya dan besarnya kecenderungan berlomba-lomba dalam kemegahan.” (2)

Betapa, sang dokter menyadari, dalam perjalanan hidup kesehariannya, dia merasakan sangat sulit beribadah secara benar dan istiqamah. Dua hal yang merupakan godaan terbesar dalam menjalankan ibadah kepada Allah, yaitu godaan kehidupan dunia dan interaksi dengan sesama manusia. Kehidupan Dunia telah menyibukkan-nya lahir dan batin. Secara lahiriah, dia telah disibukkan dalam mencarinya; secara batiniah, ketergantungan hati padanya makin lama makin tak terhindarkan, dan jiwa selalu ingin membicarakannya. Aspek kesibukan lahir dan batin ini sungguh menghalangi aktivitas dan kekhusyu’an ibadahnya.

Interaksi dengan sesama manusia juga seringkali membuat dia sangat sibuk, sehingga melupakannya dari laku ibadah, bahkan menghalanginya untuk melakukannya, dan menjerumuskannya tanpa sadar dalam keburukan dan kerusakan. Dan bukankah dosa-dosa itu seringkali berasal dari interaksi dengan orang-orang yang dikenal, dan bukan yang tidak dikenal.

Sang dokter telah banyak belajar, untuk mendekat kepada Allah, godaan kehidupan dunia dapat di cegah dengan Zuhud. Sedangkan interaksi dengan sesama manusia yang menjerumuskan dapat di cegah dengan Uzlah.

Berkaitan dengan Zuhud, dia mengingat Rasulullah SAW bersabda “ Barangsiapa mencintai dunia-nya, niscaya dia akan mengabaikan akhirat-nya dan barangsiapa mencintai akhirat-nya, niscaya dia akan mengabaikan dunia-nya. Oleh karena itu, pilihlah sesuatu yang kekal abadi (akhirat) dan tinggalkan yang binasa (dunia),” {HR Bukhari dan Muslim}.

Berkaitan dengan Uzlah, dia mengingat Ibrahim bin Adham rahimahullah berkata “ Jadilah orang yang menyendiri (secara hati), namun berkumpul (dengan masyarakat secara lahir), memiliki kedekatan terhadap Tuhan-nya, dan menyepi terhadap manusia.”

(1) Dialog guru Imam Ghazali (Abu Bakar al-Warraq) dengan seorang arif. (2) Dialog Haram bin Hayyan kepada Uwais al-Qarni )

Selasa, 14 Mei 2019

Mutiara Dari lubuk Bidayah Al Hidayah...

1. "Bagi orang yang mengambil dari dunia ini sekadar yang diperlukan, maka dunia ini merupakan sebuah lahan tempat menabur benih"

2. "Orang yang baik ialah orang yang baik dalam pandangan Allah di rumah akhirat, meski ia tak dikenal oleh manusia.

3." Pena merupakan salah satu lidah manusia, maka dari itu, jagalah ia dari hal-hal yang lidah tak boleh mengucapkannya."

Senin, 06 Mei 2019

Bisik Ramadhan....

Kudengar lirih bisik Ramadhan....
Jadilah mutiara, yang meskipun terpisah dari untainya, tetaplah bercahaya..
Jadilah emas, yang meskipun terpisah dari ratu pemakai-nya, tetaplah mulia...
Kinilah saatnya itu, tenggelamkanlah dirimu dalam danau-ku

Mataram, 6/05/2019

Rabu, 20 Februari 2019

Bening Mata Air…..

Apa kabar jiwamu…
Adakah sebening dulu ?
Sebening air mata tempat sujudmu
Ataukah bening sudah mengering ?
Terbawa tenar dan nama besar 

Kau tampak kehausan...
Ditengah selaksa gelombang air kehidupan
Gelombang, tak membuat dahagamu pupus
Tapi haus makin jauh menembus 
Air seolah bening milikmu kini…
Tak bisa hilangkan dahaga
Hanya arak, 
Nikmat sesaat, namun merusak 

Air itu mengalir dari mimbar-mimbar….
Disampaikan penuh semangat bergetar
Dikhotbahkan dengan jari menjulang tinggi
Sekejap sungguh membangkitkan…
Namun, yang tersisa kering kerontang

Air itu, 
Bukan air bening yang dulu kau dapat..
Air itu, 
Bukan obat hati yang sunyi berkarat 

Air beningmu dulu, 
Dari kesunyian hutan ukhrawi
Alirannya hakiki…..tanpa motif duniawi
Dari tutur penuh hikmah, penuh ilmu
Mengusap, mengikis keruh, 
Mencipta bening yang nyata

Kucari ia di sudut-sudut pelosok kampung tersembunyi
Menemui sang arif mengasingkan diri
Menyelisihi gegap gempita dunia fana
Ilmunya seluas samudra, tak tampak dihadapan manusia
Hanya didapat yang ingin saja, mereka yang merindukannya

Kucari lagi bening mata air….
Yang dapat mengalirkan bening air mata…
Air mata insyaf, air mata taubat…
Kudekap ia sampai akhir hayat

Minggu, 03 Februari 2019

Mendamba Tatap Baginda

Allah Tuhan semesta, sungguh Agung tak terkira,
Otak sejengkal saja, tak mampu gapai cahaya-Nya
Bagaimana akan menggapai,
Terbakarlah jiwa seketika

Jika Allah demikian Maha,
Hamba yang kerdil, mustahil menatap kebesaran-Nya
Hanya ada satu pintu menuju,
Menghadap guru umat manusia

Ya Rasulullah…..wahai Baginda
Ajarkan hamba cara mencinta…...
Berkahi hamba mudah mengabdi..
Sudilah kiranya sekedar menatap
Sungguh pancar wajahmu sebenar obat

Tak terkira indahnya dirimu,
Lahir batin bukanlah semu
Betapa hamba jauh darimu
Miskin akhlak, miskin ilmu

Bimbing hamba wahai Baginda,
Hamba bodoh namun takabbur
Hamba congkak namun berlagak, 
Berikan sepercik saja mulyamu
Agar luntur jiwa kelu-ku

Mencintaimu wahai Baginda,
Satu-satunya jalan menuju Dia
Dia yang tak mungkin, aku mendekatnya-Nya
Dia tak yang bisa, aku memahami-Nya
Hanya tuntunmu saja mampu membawa
Tanpa pandumu, 
Aku terbakar musnah sempurna